Kapan terakhir kali menghindar dari segala hingar bingar?
Masih ingatkah waktu sengaja menjauh dari segala riuh?

Kadang kita butuh sepi, sebab hati lebih mudah diajak bicara saat sedang sendiri. Kadang kita perlu menepi sejenak dari segala hiruk pikuk duniawi dan berdialog dengan diri. Bertanya, apa yang sebenarnya diinginkan hati? Apa saja yang telah dilalui? Sudahkah segala hal baik tercapai? Tak apa jika belum, tak usah terlalu berkecil hati. Sebab mungkin sudah terlalu banyak yang kita lalui, terlalu berat yang kita hadapi. Walau sebetulnya kita telah diatur tuk menghadapi segala kesulitan yang memang mampu kita jalani. Tapi tak apa, beristirahatlah sejenak. Beristirahatlah dalam sepi dan senyap. Pejamkan mata sesaat dan nikmati.

Bukankah menyenangkan sejenak melepas penat?

Sebab sepi memang tak menjanjikan segalanya selesai, tapi setidaknya memberi sedikit kesempatan tuk beristirahat, sembari merenungi diri dan kehidupan, apa saja yang sudah dilalui? Baikkah? Atau sebaliknya? Apa yang hendak dijalani selanjutnya? Ke kiri atau kanan langkah kaki kan dilanjutkan? Hujan atau matahari yang kelak digapai?

Kadang kita butuh sepi tuk mengurai segala arti. Tuk menjawab mengapa malam seringkali terasa lebih panjang. Tuk menjelaskan mengapa pagi hampir selalu diawali dengan hujan. Kita butuh sepi tuk membiarkan hati menjelaskan. Mengapa memilih mencari oase di tengah gurun pasir di sebelah kiri, padahal jelas-jelas tahu ada danau jernih di tengah taman bunga di sebelah kanan.

Sebab kadang di tengah hingar bingar kita tak mampu mendengar. Sebab kadang terlalu banyak mulut membuat hati enggan berucap. Sebab kadang telinga tak peka mendengar hati berbisik di tengah riuh rendah pembicaraan yang tak mau mengalah tuk sekedar diam.

Memang kita butuh sepi tuk berdialog dengan diri, maka nikmatilah. Dan temukan sendiri jawabmu disana.

Bogor, 1 Desember 2016
22.46 WIB

Leave a comment